Tuesday, March 17, 2015

Joko Tole Part 2

Cinta Joko Tole
Joko Tole menikah dengan Dewi Retnadi
Pesta pernikahan diselengarakandan digelar di seluruh penjuru kerajaan dengan sangat meriah. Banyak sekali pergelan dan tontonan menarik yang diadakan pada saat pesta pernikahan itu. Rakyat bergotong-royong menyukseskan pernikahan putri rajanya. Memang benar bukan saja kerajaan Majapahit sebagai kerajaan yang kaya dan makmur tetapi rakyatnya pun hidup rukun dan damai.

Rakyat sangat setuju dengan pernikahan mereka berdua. Joko Tole adalah seorang pemuda yang setia dan tulus hatinya, sedangkan Dewi Retnadi seorang putri raja yang baik budi dan welas asih. Namun ada rakyat yang tidak setuju, mereka berpikir karena mengapa raja memberikan seorang istri yang buta kepada joko tole yang telah berjasa bagi kerajaan.

Setelah pernikahan selesai, Joko Tole berniat memboyong istrinya ke tanah kelahirannya, yaitu Pulau Madura. Dewi Retnadi pun setuju dan besok mereka berdua akan menghadap raja untuk memohon restu.

Pagi-pagi benar Joko Tole dan Dewi Retnadi sudah menghadap raja dan mengutarakan maksudnya.

“Baginda, hari ini hamba mempunyai rencana untuk memboyong Dewi Ratnadi ke Pulau Madura, semoga Baginda mau merestuinya,”kata Joko Tole memohon.

“Joko Tole, aku percaya kepadamu, putriku akan bahagia bersamamu. Aku merestui perjalanmu,” kata Baginda.

“Terimakasih atas restunya, Baginda,” jawab Joko Tole dengan gembira.

Setelah mempersiapkan bekal secukupnya, mereka pun berangkat. Begitu sayangnya pada Dewi Retnadi, Joko Tole menggendongnya dalam perjalanan dan segala pasti menyediakan dan melakukannya dengan setia dan tulus hati. Seperti makanan, minuman,bahkan Joko Tole bercerita dalam perjalanan agar Dewi Retnadi tidak merasa bosan.

Siang itu matahari begitu teriknya. Kota Gresik adalah kota pelabuhan yang sangat ramai. Banyak sekali para pedagang dari luar Jawa dan luar negeriyang berlabuh di situ. Tibalah Joko Tole dan Dewi Retnadi di pelabuhan itu.

Kemudian mereka berdua menaiki kapal untuk menyebrang ke Pulau Madura. Mereka sangat menikmati perjalanan tersebut. Apalagi Dewi Retnadi yang walaupun buta tetap bisa merasakan hembusan angin yang panas siang hari dan malam hari. Maklum Dewi Retnadi sejak lahir berada di Keraton Majapahit terus dan tidak mengenal dunia luar. Apalagi sampai menyebrang Selat Madura.

Sesampainya di Pulau Madura, Dewi Retnadi merasa kegerahan karena keadaan cuaca di Madura terlalu panas. Langsung saja ia meminta suaminya untuk mencarikan air yang akan digunakan untuk mandi.

“Kakang aku kegerahan, tolong carikan air,ya. Aku ingin mandi,”pinta Dewi Retnadi.

“Ya, aku akan mencarikan air buatmu, tunggu sebentar,ya! Jawab Joko Tole.

Tak berapa lama kemudian munculah Joko Tole dengan wajah tampak lesu. Dia tidak mendapatkan air yang dibutuhkan istrinya.

“Aku sudah mencarinya kemana-mana tetapi memang tidak ada sumber air atau sumur didaerah ini. Tetapi demi kamu aku akan berusaha mendapatkannya,” kata Joko Tole.

Kemudian Joko Tole meminjam tongkat yang dibawa oleh Dewi Retnadi dan menancapkannya tongkat itu ke tanah. Dari dalam tanah bekas tancapan itu keluarlah air yang langsung menyembur ke atas. Semburan air itu tepat mengenai wajah Dewi Retnadi.

Dewi Retnadi terkejut dan langsung mengusap wajahnya dengan tangan. Setelah diusap, ia tambah terkejut karena matanya dapat melihat. Dewi Retnadi sangat gembira karena bisa melihat ketampanan wajah suaminya serta melihat keindahan dunia untuk pertam kalinya.

Begitu juga dengan Joko Tole, ia gembira karena istrinya sekarang dapat melihat, apalagi ternyata mata istrinya sangat indah.

Sumber air yang membuat Dewi Retnadi dapat melihat sekarang bernama mata air Socca. Socaa artinya mata.

Perjalan ke rumah Joko Tole masih jauh, tetapi mereka tampak senang dan menikmati perjalanan tersebut. Sekarang Joko Tole tidak harus menggendong Dewi Retnadi lagi karena dia sekarang sudah dapat melihat dengan jelas.

Sesekali Dewi Retnadi meminta Joko Tole untuk berhenti sejenak karena kelelahan. Saat istirahat itulah digunakan Dewi Retnadi untuk mandi. Memang hawa di Pulau Madura sangat panas. Air yang digunakan untuk mandi diperoleh dengan cara yang sama dengan menancapkan tongkat ke tanah. Memang benar di sepanjang perjalanan Joko Tole dan istrinya tidak ada sumur maupun mata air.

Air menyembur cukup deras setelah Joko Tole menancapkan tongkatnya ke tanah. Sampai-sampai air itu menghanyutkan pakaian Dewi Retnadi. Kemudian, dengan kesaktian Joko Tolealiran sungai itu diubah arahnya kembali menuju ke dewi Retnadi lagi, sehingga dengan mudah istrinya mengambil pakain tersebut.

Sumber air yang menghanyutkan pakaian Dewi Retnadi sekarang dikenal dengan nama sumber Omben yang artinya mata air pakaian dalam perempuan. Dinamakan begitu mungkin karena dahulu pernah menghanyutkan pakaian Dewi Retnadi.

Kemudian sampailah mereka di Sumenep, tanah kelahiran Joko Tole. Sumenep adalah sebuah Kabupaten di sebelah timur Pulau Madura. Adipatinya bernamaSaccadiningrat, kakak kandung dari Joko Tole sendiri. Kedatangan mereka disambut oleh Bapak dan Ibu Joko Tole serta saudara-saudaranya dengan gembira. Memang sudah lama sekali Joko Tole meninggalkan tanah kelahirannya.

“Anakku Joko Tole, akhirnya engkau pulang juga. Aku sudah rindu padamu. Ooh, ini siapa? Pasti mantu ibu, cantik sekali,” sambut ibu Joko Tole dengan gembira.

“ Benar bu, ini Dewi Retnadi istri Joko. Dia putri raja Majapahit,”jelas Joko Tole.

Orang tua Joko Tole merasa bangga karena menantunya adalah seorang putri raja yang sangat cantik.

Joko Tole dan Dewi Retnadi hidup bahagia di Sumenep. Bahkan akhirnya, Joko Tole menggantikan kakaknya sebagai adipati Sumenep. Mereka tinggal di sana Selama-lamanya.


EmoticonEmoticon