Tuesday, July 19, 2016

cara membuat mozaik foto dengan photoshop cs3

Tuesday, April 21, 2015

Damarwulan Part 2

Damarwulan menjadi raja majapait
Damarwulan
Setelah mendengar sayembara itu, ia hanya diam terpaku. Hati dan pikirannya kacau karena ia telah menjadi tunangan Dewi Anjasmara, adik Layang Seto dan Layang Kumitir.

Adu tanding dengan Layang Seto dan Layang Kumitir atau bertanding dengan ksatria muda yang tangguh lainnya di keraton Majapahit ia pasti kalah. Apalagi bertanding dengan Menak Jingga yang sakti mandraguna dengan gada sakti besi kuningnya yang ditakuti lawannya. Ia sadar bahwa ia tidak ada apa-apanya dan ia tidak pantas mengikuti sayembara.

“Kakang Damarwulan, pergilah mengikuti sayembara, jangan pedulikan aku. Urusan negara lebih penting dari segalanya. Sang Prabu sangat baik dan berjasa bagi keluarga kita, ini kesempatan yang baik untuk membalas jasa dan budi baik sang Prabu selama ini,”kata Dewi Anjasmara.

Dengan ucapan Dewi Anjasmara yang memberi semangat dan dorongan moral dengan tidak disertai cemburu, akhirnya Damarwulan mau mengikuti sayembara tersebut dan bertekad akan menghadapi Menak Jingga.

Pagi itu, Layang Seto dan Layang Kumitir pergi ke alun-alun untuk mengikuti adu tanding lawan ksatria-ksatria kertaon. Mereka begitu yakin akan memenangkan pertarungan dan mewakili Majapahit bertarung melawan Raja Blambangan.

Berbeda dengan Damarwulan. Dia adalah seorang yang cerdas dan pemikirannya begitu cemerlang. Ia berpikir dahulu sebelum melangkah. Ia mempunyai rencana untuk mempertaruhkan nyawanya demi kejayaan Majapahit bukan dengan adu tanding. Ia akan mencuri gada sakti Minak Jingga yang ampuh dengan menyelinap ke dalam keraton Blambangan.

“Tanpa gada sakti besi kuning yang ditakuti ini, raja Blambangan kurang digdaya dan aku bisa mengalahkannya,” pikir Damarwulan.

Malam itu Damarwulan mulai menyelinap ke dalam keraton Blambangan. Suasana keraton Blambangan sangat nyaman dan tenang sehingga memudahkan ia masuk dalam ruangan keraton.

Dengan menyamar sebagai abdi dalem, akhirnya Damarwulan dapat menemukan tempat peraduan utama Prabu Menak Jingga. Ia mempunyai tugas menyediakan arak kegemaran Menak Jingga yang selalu diminum sebelum tidur.

Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Damarwulan. Namun ketika mau memasuki kamar Menak Jingga, ia bertemu dengan Wahita dan Puyengan, selir Menak Jingga. Wahita dengan paras yang memikat mendekati dan mulai merayu Damarwulan.

“kemari, Baginda sudah menunggu araknya!” perintah Wahita.

Tak ketinggalan Puyengan yang ayu, dia juga ikut menggoda Damarwulan dengan kelingan matanya.

Damarwulan adalah pemuda yang gagah berparas tampan. Semua wanita akan terpikat denganketampanannya. Rayuan maupun godaan Wahita dan Puyengan tidak menyurutkan niat Damarwulan untuk mengambil gada sakti milik Menak Jingga.

Sebentar kemudian Wahita dan Puyengan keluar dari kamar Menak Jingga dan bersungut-sungut karena dipikiran Menak Jingga hanyalah Prabu Kenya Kencana Wungu yang akan dipinangnya besok. Mereka berdua marah dan mempunyai niat membunuh Menak Jingga.

Kemudian, mereka mengahasut Damarwulan untuk membunuh raja Blambangan itu, setelah memergoki Damarwulan ingin mencuri gada sakti. Mereka juga menceritakan kelemahan Menak Jingga.

“Menak Jingga ada kelemahan di pangkal paha sebelah kiri. Jika engkau memukulkan gada sakti itu tepat di paha tersebut, Menak Jingga akan mati,”kata mereka.

Malam itu juga Damarwulan lagsung mengambil gada sakti dan menuju ke kamar Menak Jingga dengan diikuti oleh Wahita dan Puyengan. Damarwulan langsung menyerang Menak Jingga yang sedang tidur pulas dengan memukulkan gada sakti tepat di pangkal paha sebelah kiri. Menak Jingga menjerit kesaktian dan dengan tenaga yang masih tersisa Menak Jingga masih sempat bertarung dengan Damarwulan sekaligus membunuh dua selirnya dan dia sendiri akhirnya mati.

Selanjutnya Damarwulan memenggal kepala Menak Jingga untuk dipersembahkan kepada Prabu Kenya Kencana Wungu. Ia juga mengambil mahkota raja Blambangan serta gada sakti besi kuning. Kemudian membawanya pergi.

Dalam perjalanan ke Majapahit, Damarwulan dihadang oleh Layang Seto dan Layang Kumitir yang mengetahui bahwa Damarwulan pergi ke Blambangan untuk mengambil gada sakti dari Dewi Anjasmara kekasih Damarwulan.

Karena kepandaian silat Damarwulan tidak sebanding dengan keduanya, maka Damarwulan dapat dikalahkan dengan mudah. Damarwulan kemudian diikat. Penggalan kepala Menak Jingga langsung dibawa lari menuju Keraton Majapahit untuk dipersembahkan kepada Prabu Kenya Kencana Wungu.

Sesampainya di keraton, Layang Seto dan Layang Kumitir menyerahkan kepala Menak Jingga sebagai bukti bahwa ia telah mengalahkan Menak Jingga. Prabu Kenya Kencana Wungu sangat senang mendengarnya dan bahagia setelah melihat kepala Menak Jingga dengan mata kepala sendiri. Kemudian bersabda menepati janji kepada Layang Seto dan Layang Kumitir.

Tak lama kemudian datanglah Damarwulan dan Dewi Anjasmara. Ternyata Damarwulan ditolong oleh Dewi Anjasmara dan bergegas menuju Keraton Majapahit. Prabu Kenya Kencana Wungu bingung karena melihat Damarwulan dengan memakai mahkota Menak Jingga dan membawa gada sakti besi kuning Blambangan.

Setelah Dewi Anjasmara menyampaikan yang terjadi sebenarnya, bahwa Damarwulanlah yang telah mengalahkan Menak Jingga bukan Layang Seto dan Layang Kumitir. Mereka berdua hanya menghadang Damarwulan diperbatasan dan merampas penggalan kepala Menak Jingga. Namun Layang Seto dan Layang Kumitir tidak menerima pengaduan itu.

Prabu Kenya Kencana Wungu adalah raja yang bijaksana, ia tidak begitu saja percaya keduanya. Ia memerintahkan supaya diadakan perang tanding antara Damarwulan melawan Layang Seto dan Layang Kumitir.

Keesokan harinya perang tanding dilaksanakan. Sungguh perang tanding yang sangat hebat dan seru karena Damarwulan menggunakan gada sakti besi kuning untuk melawan Layang Seto dan Layang Kumitir yang sama-sama saktinya.

Akhirnya perang tanding dimenangkan oleh Damarwulan, sedangkan Layang Seto dan Layang Kumitir terkapar di tanah. Maka jelaslah pemenang pertarungan adalah Damarwulan.

Patih Logender tidak terima kedua anaknya kalah. Ia kemudian turun ke arena pertandingan. Namun dari arah yang lain muncul sosok tubuh yang kekar menghadang Ptih Logender.

Dia adalah Menak Sembuyu adik Menak Jingga. Dia memohon izin kepada Prabu Kenya Kencana Wungu untuk mengambil kepala Menak Jingga dan membawa pulang ke Blambangan untuk di kebumikan sebagai penghormatan terkahir.

Permohonan itu dikabulkan oleh Parbu Kenya Kencana Wungu dan penggalan kepala menak Jingga diserahkan kepada Menak Sembuyu disaksikan rakyat Majapahit.

Menak Sembuyu juga menjelaskan bahwa yang membunuh kakaknya adalah Damarwulan dengan menggunakan gada sakti besi kuning yang telah dicurinya terlebih dahulu.

Setelah mendengar penjelasan tersebut, Prabu Kenya Kencana Wungu menegaskan kembali janjinya untuk segera mengangkat Damarwulan sebagai raja Majapahit yang baru.

Mulai saat itu, secara resmi Damarwulan menjadi suami Prabu Kenya Kencana Wungu. Damarwulan menjadi raja Kerajaan Majapahit dengan gelar Prabu Sri Kertawijaya atau Bhre Wijaya I. Sementara itu, Dewi Anjasmara diangkat sebagai Selir Damarwulan. Begitu juga dengan Layang Seto dan Layang Kumitir, mereka diangkat sebagai panglima perang Kerajaan Majapahit.

Raja muda Damarwulan dalam memerintah Majapahit sangat bijaksana, sehingga dapat mengantarkan Majapahit menuju jaman keemasan.

Damarwulan Part 1

Logo Kerajaan majapahit
Kerajaan Majapahit mengalami masa kejayaan dalam pemerintahan Hayam Wuruk dengan gelar Rajasanegara. Hayam Wuruk mempunyai dua orang istri.dari permaisuri Bhre Parameswara ia mendapat putri bernama Bhre Lasem. Bhre Lasem menikah dengan Wikrawardhana dan kemudian mepunyai anak bernama Dewi Suhita.

Sementara itu, dengan selirnya, Hayam Wuruk mempunyai dua orang putra. Bhre Wirabumi atau yang dikenal dengan nama Menak Jingga dan Minak Sembuyu. Mereka berdua tidak berhak menggantikan raja karena mereka keturunan seorang selir. Yang berhak menggantikan raja adalah Dewi Suhita karena ia anak seorang permaisuri sekalipun dia perempuan.

Menak Jingga dan Menak Sembuyu tidak setuju dengan diangkatnya Dewi Suhita menjadi raja Majapahit dengan gelar Prabu Kenya Kencana Wungu. Maka, dengan dibantu ibunya, Menak Jingga mengadakan gerakan di dalam keraton dan mempengaruhi punggawa untuk mengadakan perang terbuka. Dan terjadilah kelaparan yang panjang akibat perang saudara tersebut.

Kemelut panjang itu dikenal dengan sebutan”perang Paregreg”. Sebuah perang besar atau pertikaian yang telah melemahkan dan menghancurkan kekuatan pemerintahan di Majapahit.

Perang Paregreg itu membuat Prabu Kenya Kencana Wungu merasa prihatin dengan pemerintahan Majapahit. Akhirnya, beliau menyerahkan tampuk pimpinan kepada suaminya, Hyang Parasmeswara.

Perang tersebut sangat dahsyat dan memakan banyak korban. Pasukan Prabu Kenya Kencana Wungu dapat mendesak pasukan Menak Jingga. Menak Jingga dan Menak Sembuyu serta ibunya melarikan diri ke Blambangan. Blambangan adalah sebuah wilayah kecil di bawah kekuasaan Majapahit.

Di Blambangan itulah Menak Jingga akhirnya membangun keraton dan mengikrarkan diri sendiri sebagai Raja Blambangan. Sementara itu, Menak Sembuyu diangkat menjadi patih serta panglima perang Kerajaan Blambangan. Menak Jingga memerintah Blambangan dengan hati yang selalu tetap mengharapkan tahta Majapahit.

Walaupun Menak Jingga sudah terdesak dan melarikan diri, tetapi perang Paregreg belum selesai. Pada saat itu suami Prabu Kenya Kencana Wungu, Hyang Parameswara meninggalkan Majapahit menuju ke tanah Malaka karena alasan tertentu.

Kepergian Hyang Parameswara ini memberi peluang Menak Jingga untuk menguasai Majapahit. Dia tetap bertekad untuk menikah dengan Prabu Kenya Kencana Wungu dan membalas dendam kepada Majapahit.

Dengan siasatnya, Menak Jingga akan menyerang dan memberontak Keraton Majapahit dengan alasan melamar Prabu Kenya Kencana Wungu. Akan tetapi Prabu Kenya Kencana Wungu menolaknya. Ia tidak mau menerima karena Menak Jingga adalah seorang raja yang memiliki sifat tamak serta angkara murka. Kekuasaan pemerintahan Prabu Kencana Wungu lebih besar dibandingkan dengan Menak Jingga. Dan juga Menak Jingga sudah mempunyai dua orang istri yang cantik sebagai selir bernama Wahita dan Puyengan. Menak Jingga tidak menjadikan salah satu dari mereka menjadi permasuri karena Prabu Kenya Kencana Wungu yang patut menjadi permaisurinya.

Menak Jingga sangat marah, dan mengiring bala pasukannya ke perbatasan dan mulai melakukan penyerbuan. Ini membuktikan bahwa Menak Jingga tidak main-main.

Prabu Kencana Wungu adalah seorang raja yang cerdas. Walaupun mengalami ketegangan dan kesedihan ia tetap tegar. Secara cepat ia mengambil taktik yang jitu, yaitu meralat penolakannya menjadi permaisurinya Menak Jingga. Ia mau menerima asalkan Menak Jingga mau melakukan beberapa syarat. Dengan rayuan maut dan bujuk rayunya, hati Menak Jingga akhirnya meluluh. Prabu Kenya Kencana Wungu hanya mengulur waktu untuk dapat mempersiapkan pasukan dan siasatnya.

Menak Jingga segera memerintahkan pasukannya berhenti menyerbu dan menyerang pasukan Majapahit. Serta pasukannya tidak boleh masuk ke dalam wilayah kekuasaan Majapahit.

Kesempatan itu digunakan Prabu Kenya Kencana Wungu untuk mengatur siasat. Dia mengumumkan sayembara perang tanding. Barang siapa yang menang akan ditugaskan untuk melawan Menak Jingga. Jika dapat mengalahkan Menak Jingga akan dijadikan suaminya dan berhak memerintah kerajaan Majapahit.

Pengumuman lisan ini segera menyebar keseluruh pelosok Majapahit. Mulai dari Patih Logender yang kemudia meneruskannya kepada para panglima perang serta seluruh punggawa Majapahit.

Patih Logender adalah Patih yang sangat setia. Patih Logender telah lama mengabdi dan mendarmabaktikan dirinya demi kerajaan Majapahit sejak Prabu Hayam Wuruk masih memerintah. Dia juga dibantu anak-anaknya yaitu Layang Seto dan Layang Kumitir.

Tidak beda dengan panglima dan punggawa lainnya, setelah mendengar sayembara tersebut, Layang Seto dan Layang Kumitir tertarik untuk mengikutinya. Mereka tertarik karena mengaggumi kecantikan Prabu Kenya Kencana Wungu.

Sayembara itu juga di dengar oleh seorang pemuda yang bernama Damarwulan. Ia seorang pemuda yang juju dan berbudi luhur yang mengabikan dirinya kepada Patih Logender, pamannya.

Joko Dolog

cerita kisah joko dolog
Patung Joko Dolog

Kadipaten Surabaya terletak di bagian timur Pulau Jawa. Adipatinya bernama Jayengrana mempunyai seorang putri yang cantik sekali yang bernama Dewi Purbasari. Kecantikannya sudah terkenal di seluruh negeri.

Suatu hari Adipati Jayengrana kedatang tamu dari madura yang bernama Pangeran Situbondo. Dia didamping oleh dua orang pengawal yang bernama Gajah Seta dan Gajah Menggala. Pangeran Situbondo adalah putra Adipati Cakraningrat, seorang bupati di Madura.

“Ada maksud apa kiranya Pangeran berkunjung ke Kadipaten Surabaya”, tanya Jayangrana.

“Maksud kedatangan saya untuk meminang putri Paman Jayengrana yaitu Putri Dewi Purbawati”, jawab Pangeran Situbondo.

Mendengar penjelasan dari Pangeran Situbondo, Adipati Jayengrana tidak dapat mengabil keputusan sendiri. Dia tidak bisa begitu saja menerima pinangan itu.

“Pangeran, biarlah saya berembuk dulu dengan Dewi Purbasari”,pinta Jayengrana.

“Saya tunggu keputusan Dewi Purbasari,paman”, jawab Pangeran Situbondo.

Adipati Jayengrana kemudian menemui putrinya dan menyampaikan maksud kedatangan Pangeran Situbondo.

Sebenarnya Dewi Purbasari tidak menyukai Pangeran Situbondo karena mempunyai watak brangasan. Cara bicaranya pun tidak sopan. Apalagi dia juga mempunyai cacat kaki sehingga jalannya pincang.

Adipati Jayengrana menjadi bingung. Ia mencari cara untuk menolak pinangan Pangeran Situbondo dengan cara halus agar Pangeran Situbondo dan Adipati Cakradiningrat tidak tersinggung. Kemudian, Adipati Jayengrana berkata kepada putrinya.

“Putriku, terimalah pinangannya, tetapi dengan mengajukan sebuah syarat. Katakanlah kepadanya bahwa kamu mau dipinang asalkan Pangeran Situbondo mau membuka hutan dia daerah barat Surabaya untuk dijadikan pemukiman”,kata Adipati Jayengrana.

“Bagaimana kalau Pangeran Situbondo mampu membuka hutan itu, Ayahanda,” jawab Dewi Purbasari.

“Putriku, hutan itu sangat lebat, pohonya besar-besar dan banyak binatang buasnya. Tidak mungkin Pangeran Situbondo mampu membuka hutan itu,” jawab Adipati Jayengrana.

Mereka berdua kemudian menemui Pangeran Situbondo yang sedang menunggu di ruang pendopo.

“Pangeran Situbondo, aku akan menerima pinanganmu, tetapi aku mengajukan satu syarat. Apabila Pangeran mampu membuka hutan di sebelah barat Kadipaten Surabaya menjadi sebuah pemukiman, aku bersedia menjadi isatri Pangeran Situbondo,”pinta Dewi Purbasari.

Setelah mendengar permintaan dari Dewi Purbasari, Pangeran Situbondo menyanggupi permintaan tersebut. Dia tertawa senang karena Dewi Purbasari yang diidam-idamkan itu mau menjadi istrinya, walaupun dengan syarat yang sangat berat.

“Baik Dewi Purbasari, aku menyanggupi syaratmu itu walaupun itu sangat berat bagiku. Aku akan membuka hutan di sebelah barat Kadipaten Surabaya untukmu,”jawab Pangeran Situbondo.

Kemudian, Pangeran Situbondo menyuruh pengawalnya pulang untuk mengabarkan kepada ayahnya. Sementara ia sendiri langsung menuju hutan Surabaya untuk memulai membabat hutan.

Selang beberapa hari kemudian, Adipati kedatangan tamu yang bernama Jaka Taruno, putra Bupati Kediri. Jaka Taruno adalah kekasih Dewi Purbasari.

Kemudian, Dewi Purbasari menceritakan kedatangan Pangeran Situbondo dari Madura itu yang hendak meminangnya. Dan menceritan juga syarat yang diberikan kepada pangeran tersebut.

“Jangan begitu, Purbasari. Jika Pangeran Situbondo mampu membuka hutan, lalu aku bagaimana?” kata Jaka Taruno.

“Sabarlah, Kangmas. Jangan khawatir aku masih tetap mencintaimu. Kalau Kangmas khawatir, bagaimana kalau Kangmas menyusul Pangeran Situbondo ke hutan dan menggagalkan Pangeran Situbondo membuka hutan,” rayu Dewi Purbasari

Jaka Taruno langsung berangkat menuju hutan menyusul Pangeran Situbondo. Dilihatnya ia masih asyik mengayunkan kapanya untuk menebang pohon

“Kisanak apa yang kau lakukan di hutan ini?” tanya Jaka Taruno.

“Aku ingin membuka hutan ini dan akan ku jadikan sebuah pemukiman,” jawab Pangeran Situbondo.

“Kuperingatkan, jangan merusak hutan di barat Kadipaten Surabaya ini. Hentikan pekerjaanmu! Atau aku yang akan menghentikannya!” bentak Jaka Taruno tiba-tiba.

Kemudian, terjadilah perang mulut antara kedua pemuda tersebut, sehingga terjadi perkelahian yang seru. Dalam perkelahian itu, Jaka Taruno berhasil dilemparkan oleh Pangerang Situbondo hingga tersangkut di atas pohon siwalan.

Jaka Taruno meminta tolong agar diturunkan dari pohon itu, tetapi ditinggalkan saja oleh Pangeran Situbondo. Jaka Taruno terus saja menjerit, meminta tolong.

Tak lama kemudian, lewatlah seorang pemuda yang bernama Jaka Jumput. Pemuda itu setiapa hari masuk hutan untuk mencari dedaunan, kulit pohon dan akar-akaran untuk dijadikan jamu.

Jaka Jumput tinggal di desa yang bernama Praban Kinco. Dia mempunyai senjata pusaka yang bernama Cemeti Lanang yang selalu dibawanya pergi kemana saja.

Mendengar ada suara minta tolong lalu Jaka Jumput berlari ke arah sumber suara itu. Ternyata ada seorang pemuda di atas pohon yang ketakutan tidak bisa turun. Kemudian, Jaka Jumput memanjat pohon dan menurunkannya.

“Mengapa engkau sampai berada di atas pohon itu?” tanya Jaka Jumput.

“Aku baru saja berkelahi dengan seseorang. Namanya Pangeran Situbondo. Dia sedang merusak hutan, semua pohon ditebanginya, aku sudah melarangnya, tapi aku malah dipukuli dan dilemparnya ke atas pohon siwalan itu. Apakah kamu rela hutan ini jadi rusak?” jawab Jaka Taruno sambil menghasut.

“Aku tidak rela hutan ini rusak! Kalau hutan ini rusak aku kesulitan menacri bahan untuk membuat jamu. Ayo tunjukan dimana pemuda itu!” pinta Jaka Jumput.

Kemudian, mereka berdua mencari Pangeran Situbondo. Dengan wajah yang bersungut-sungut akhirnya mereka melihat Pangeran Situbondosedang istirahat karena kelelahan menebang pohon.

Langsung saja Jaka Jumput menyerang Pangeran Situbondo yang baru saja tiduran. Dihajarnya Pangeran Situbondo dengan menggunakan pusaka Cemiti Lanang. Pertarungan berjalan seru karena kedua sama-sama sakti. Akhirnya, Jaka Jumput berhasil mengalahkan dan membunuh Pangeran Situbondo.

Sesaat kemudian Jaka Taruno sudah berada di dekat Jaka Jumput. Disuruhnya Jaka Jumput mengambil ikat kepala Pangeran Situbondo. Kemudian, ikat kepala itu diserahkan kepada Jaka Taruno.

Jaka Taruno memang licik. Setelah diterimanya ikat kepala itu, dia langsung lari meninggalkan Jaka Jumput sendirian. Jaka Jumput merasa ditipu, lalu mengejar Jaka Taruno ke Kadipaten Surabaya.

Tak lama kemudian sampailah Jaka Taruno di Kadipaten Surabaya. Jaka Taruno mengahturkan sembah dan kemudian menceritakan bahwa Pangeran Situbondo telah dibunuhnya. Lalu ia mengeluarkan sebuah ikat kepala dan menyerahkannya kepada Adipati Jayengrana.

Setelah melihat dan menerimanya, Jayengrana merasa lega karena ikat kepala tersebut memang benar-benar milik Pangeran Situbndo. Dewi Purbasari pun merasa senang karena ia tidak jadi menikah dengan Pangeran Situbondo.

Baru saja dikejutkan dengan kedangan Jaka Taruno, tiba-tiba munculah Jaka Jumput. Setelah menghaturkan sembah , Jaka Jumput langsung menerangkan kejadian yang sebenarnya.

“Adipati, sayalah yang membunuh Pangeran Situbondo. Saya juga yang telah menolong Jaka Taruno dari atas pohon siwalan karena dilempar oleh Pangeran Situbondo” jelas Jaka Jumput.

Setelah mendengar penjelasan itu, Jaka Taruno hanya terdiam tidak bisa berkata apa-apa. Adipati Jayengrana langsung menanyai Jaka Taruno, apakah benar yang dikatakan pemuda itu. Jaka Taruno hanya menduduk tidak mau menjawab.

Berkali-kali Adipati Jayengrana mengulangi pertanyaannya, tapi Jaka Taruno tidak pernah menjawabnya. Karena jengkel sekali, Adipati Jayengrana marah dan mengumpat Jaka Taruno.

“Jaka Taruno, jawab pertanyaanku. Kenapa kamu diam saja. Kamu itu seperti patung,” geram Adipati Jayengrana.

Saat itu juga Jaka Taruno berubah menjadi sebuah patung yang sekarang bernama Patung Joko Dolog. Demikianlah asal-usul Patung Joko Dolog.

Sunday, April 19, 2015

Asal-Usul Banyuwangi Part 3

Bunga mawar Putih Besar banyuwangi
Mawar Putih
Pada suatu hari pandanwungu berkunjung ke rumah Ni Kembang Arun setelah mendengar bahwa cucunya telah hilang dan Ni Kembang Arun sakit-sakitan. Bukannya menghibur, Pandanwungu malah mencaci maki menantunya karena telah teledor meninggalkan anaknya sendiri sehingga hilang di curi orang. Dan menuduhnya telah membunuh anaknya sendiri.

Setelah puas mencaci maki,kemudian Pandanwungu pergi meninggalkan rumah menantunya.

Ni Kembang Arun semakin sedih, sudah kehilangan anaknya, malah dituduh membunuh anaknya sendiri oleh mertuanya. Saat seperti itulah ia membutuhkan kehadiran suaminya . “Kakang Sidapaksa, cepetalah pulang...”,doa Ni Kembang Arun. Tuhan Maha Adil, doa Ni Kembang Arun akhirnya terkabul.

Hari itu tampak Patih Sidapaksa memasuki istana kerajaan sambil membawa kembang Kandaga Sangga Buana. Raja Sindureja dan Permaisurinya sangat gembira karena Patih Sidapaksa berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. Setelah menceritakan perjalanannya ke Gunung Ijen, Patih Sidapaksa mohon pamit kepada raja.

“ ya sudah....pulanglah, istrimu pasti sudah kangen, engaku sendiri pasti kangen, bukan?” Kata Raja.

Kepulangan Patih Sidapaksa telah terdengar oleh Pandanwungu. Kemudian ia berniat mencegat anaknya sebelum sampai kerumahnya dan menghasut dengan menceritakan bahwa Ni Kembang Arun telah membunuh anaknya sendri.

“Istrimu itu memang wanita jahat! Anakmu yang baru lahir itu dibunuhnya, lalu dibuang di pinggir sungai tepi hutan. Kalau tidak percaya, pisau yang digunakan untuk membunuh anakmu masih disembunyikan di balik tilam tempat tidurnya”, kata Pandanwungu.

Tanpa pikir panjang, Patih Sidapaksa langsung menaiki kudanya dan bergegas menuju rumahnya dan langsung memasuki kamarnya.

“Istri tidak tahu diuntung. Ayo bangun! Kau telah membunuh anakku dan membuangnya ke sungai tepi hutan, bukan?” kata Patih Sidapaksa dengan nada marah.

“Kau bunuh anakku dengan pisau ini, maka kau harus mati ditanganku dengan pisau ini juga”, bentak Patih Sidapaksa.“

Apabila kakang hendak membunuhku, kabulkanlah permintaanku yang terakhir. Aku ingi mengakhiri hidupku di pinggir sungai bersama anakku”, kata Ni Kembang Arun.

Dengan cepat Ptih Sidapaksa menggendong istrinya keluar rumah menuju sungai tepi hutan seperti yang pernah dikatakan ibunya.

Setelah sampai, turunlah Ni Kembang Arun dari gendongan suaminya. Ia lalu berjalan menuju tepi sungai dan menangis.

“Oh,anakku...sungguh malang nasibmu. Tunjukan dirimu anakku, Ibu sangat rindu...”, rinti Ni Kembang Arun.

Tiba-tiba, dari tengah sungai yang berlumpur dan berbau busuk itu muncullah sekuntum bunga putih. Bunga putih itu hanyut dan menuju ke arah Ni Kembang Arun yang sedang duduk sambil menamgis. Pada bunga itu tampak sangat jelas anak yang sedang dirindukannya.

Ni Kembang Arun terbelalak matanya karena terkejut dan gembira. Seperti hilang ingatan, Ni Kembang Arun langsung melompat ke arah bunga tersebut. Tubuh Ni Kembang Arun lenyap dan tenggelam ditelan derasnya arus sungai itu.

Sesaat kemudian munculah sekuntum bunga putih yang jauh lebih besar dari bunga sebelumnya. Di samping bunga besar itu muncul bunga yang kecil tadi.

Kejadian itu begitu cepat. Patih Sidapaksa hanya bisa tertegun menyaksikan kejadian tersebut. Dia sadar setelah mendengar suara dari arah bunga itu.

“Kakang, wujud bunga-bunga ini sebenarnya adalah penampakan aku dan anakmu. Warna putih menandakan bahwa aku tidak punya hati keji dan kotor. Kakang, apabila air sungai yang keruh dan berbau busuk ini berubah menjadi air yang jernih dan berbau harum, tandanya saya benar-benar tidak berdosa”, kata Ni Kembang Arun.

“Ayahhanda tercinta, yang membunuh dan membunuh ananda adalah nenek Pandawungu, yakni ibu ayahanda sendiri”, terdengar suara anaknya.

“ Jadi yang Membunuh anakku adalah ibuku sendiri. Oh...Ni Kembang Arun istriku...maafkan kakang! Aku telah berbuat salah kepadamu. Harusnya aku lebih mempercayaimu daripada ibuku sendir”, kata Sidapaksa dengan penuh penyesalan.

Setelah sadar dri penyesalanya, Patih Sidapaksa terkejut ketika menyadari bahwa air sungai yang tadinya keruh dan berbau busuk itu sudah berubah menjadi jernih dan berbau harum.

Patih Sidapaksa teringat kata-kata istrinya bahwa semua perubahan itu menunjukan bahwa hati istrinya suci dan tidak berdosa. Akhirnya, dengan perasaan sangat bersalah dan hati yang remuk, Patih Sidapaksa meninggalkan tempat yang telah membuka kejahatan ibunya.

Ternyata sejak tadi Pandanwungu mengintip dan menyaksikan semua kejadian tadi. Pandanwungu merasa sangat ketakutan kalau anaknya murka dan memarahinya, ia pun bersembunyi. Tiba-tiba angin bertiup kencang sekali. Langit yang tadinya cerah menjadi gelap gulita. Suari petir menyambar kesana kesini.

Pandanwungu semakin takut dan keluar dari persembunyiaanya. Pada saat keluar tepat sebuah petir menyabar tubuhnya. Pandanwungu roboh dan menjerit kesakitan. Tubuhnya hangus dan berubah menjadi arang.



Sejak kejadian itulahm sungai tepi hutan itu berubah menjadi harum dan wangi airnya. Sehingga sungai itu dinamai sungai Banyuwangi, yang memiliki arti air harum. Sungai itu terletak disebelah timur pulau jawa. Dan hutan itu berubah menjadi kota yang bernama BANYUWANGI.