Sunday, March 29, 2015

Asal-Usul Madura

Dahulu kala berdirilah sebuah kerajaan di atas pegungan Tengger. Kerajaan itu bernama kerajaan Medangkamulan. Letak kerajaan itu dekat kawah Gunung Tengger.

Kerajaan Medangkamulan diperintah oleh seorang raja yang bernama Raja Gilingwesi. Keadaan kerajaan tersebut aman dan sejahtera karena sang raja yang sangat arif dan bijaksana serta adil dalam memimpin kerajaannya, sehingga rakyaatnya hidup tentram dan hormat kepadanya.

Pada sauatu hari duduklah sang raja seorang diri sambil termenung. Ia sedang sedih memikirkan puterinya yang sudah cukup umur tapi belum menikah. Padahal sudah banyak pangeran dan raja dari kerajaan tetangga yang melamarnya. Namun sang putri selalu menolak.

Sessat Kemudian raja memanggil Ki Patih Pranggulang.

“Ki Patih, tahukah Ki Patih bahwa Raden Ayu Tanjung Sekar adalah satu-satunya putri yang amat saya cintai. Dia sangat cantik, sikapa dan tutur katanya sangat lembut. Tetapi ada satu hal yang masih mengecewakan hati saya”, keluh Sang Raja.

“Gusti, sebenarnya sesuatu hal yang mana dari sang putri yang masih mengecewakan Gusti?”, Sahut Ki Patih.

“ Ki Patih kan tahu, bahwa saya sudah ingin menimang-nimang cucu. Tetapi kapan keinginan saya ini akan terlaksana kalau putri saya sendirimenolak setiap ada yang melamarnya”, jelas raja Gilingwesi.

“Gusti, sebaiknya kita berdoa saja, sabar akan memberikan kesempatan sang putri agar segera menemukan pilihan yang terbaik”, sahut Ki Patih.

Beberapa saat kemudian terjadilah suatu peristiwa yang mendadak dan mengejutkan. Sang putri hamil, padahal belum memiliki seorang suami.

Kejadian ini berawal dari sebuah mimpi yang dialami sang putri pada saat ridur lelap.rasanya dalam mimpi itu sang putri berada di sebuah taman yang sangat indah. Pada saat sang putri berdiri di bawah bulan purnama, maka tiba-tiba bulan purnama itu muncul dan menuju sang putri lalu masuk ke dalam perut sang putri.

Lama-lama perut sang putri semakin membesar dan ternya dirinya hamil tanpa memiliki suami.

Betapa terpukulnya hati sang raja dan beratnya menahan rasa malu.untung kejadian itu tidak di ketahui rakyatnya, sehingga tidak ada tuduhan bahwa putrinya telah berbut zina, karena hamil tidak diketahui siapa lelakinya.

Meskipun sang putri telah menjelaskan kejadian yang sebnarnya kepada ayahandanya, bahwa kehamilannya terjadi setelah mimpi yang aneh, ia tetap tidak percaya dan bahkan sang raja semakin marah sekali.

Dengan geram sang raja memanggil Patih Pranggulang.

“Hai Parnggulang, bawa putri yang memalukan ini kedalam hutan dan bunuhlah!” Perintah sang raja.

Dengan perasaan sedih dan pilu sambil terisak tangis putri Tanjung Sekar tetap dibawa kehutan oleh Patih Pranggulang.

Setelah berhari-hari berjalan, sampilah mereka di hutan bakau. Di situlah mereka berhenti dan sang patih mulai menjalankan tugasnya membunuh sang putri. Namun, sebelumnya sang putri berpesan kepada Ki Patih Pranggulang.

“Ki Patih, Bunulah saya sekarang juga. Saya serahkan dengan ikhlas nyawa ini. Namun, ketahuilah bahwa saya tak bersalah dan tak mungkin mati karena pedangmu itu”,tanntang sang putri.

Setelah selesai bicara itu, maka Ki Patih Pranggulang mengayunkan pedangnya ke leher sang putri. Namun, apa yang terjadi, pedang Ki Patih Pranggulangterpental seperti ada yang menangkis.

Akhirnya ki Patih Pranggulang sadar, dan berkata dalam hati bahwa apa yang diucapkan sang putri itu benar , sehingga pedangnya terpental dan tidak mampu membunuhnya.

Dengan rasa iba, Ki Patih Pranggulang mempersilahkan sang putri pergi jauh meninggalkan Pulau Jawa.

“Putri, sekarang saya sadar, bahwa putri tidak bersalah atas kehamilan sang putri. Sebaiknya putri mencari tempat yang aman untuk menyelamatkan kandungan sang putri sampai masa kehamilan berakhir. Dan saya sendiri tidak akan kembali ke Medangkamulan, tetapi saya akan bertapa untuk menenangkan hati dan menjalani sisa hidup saya ini. Saya akan mendoakan agar putri dan bayi yang dilahirkan nanti dalam kebahagian bersama”,ucap Ki Patih Pranggulang.

Selesai berkata demikian, kemudia Ki Patih Pranggulang membuatkan putri sebuah rakit. Rakit itu diisi dengan perbekalan secukupnya untuk menyebrang ke laut lepas jauh menuju timur Pulau Jawa.

Sang putri merasa tenang dan pasrah serta selalu ingat pesan Ki Patih Pranggulang bahwa setelah anaknya lahir agar diberi nama Raden Segara, yang artinya anak laut. Patih Pranggulang juga berpesan untuk menghubungi tempat pertapaanya dulu itu dengan sebutan Ki Poleng.

Sementara rakit yang dinaiki sang putri semakin menjauh dari daratan Pulau Jawa dan akhirnya mendekat kesalah satu pulau. Betap gembira sang putri melihat salah satu daratan di sebuah pulau itu.

“kapan ya? Anaku akan lahir, aku sudah tidak sabar menantinya” kata sang putri dalam hatinya.

Tiba-tiba setelah rakitnya berada tepat dibawah bulan purnama, lahirlah sang bayi dengan selamat. Sang bayi itu diberi nama Raden Segara seperti pesan Ki Poleng, karena lahirnya ditengah lautan.

“Inilah tempat anaku nanti, aku akan membesarkan anakku ini sampai dewasa bahkan bisa hidup sampai tua denganku nanti”, Kata sang putri.

lebah madu asal usul madura
Lebah Madu

Tiba-tiba sang bayi melompat dan berlari-lari ke tepi pantai setelah melihat daratan yang sangat luas penuh reumputan. Sungguh suatu keajaiban anak yang baru beberapa hari lahir sudah bisa lari kesana kesini. Mereka berdua lalu berjalan-jalan menyusuri pantai.

Keadaan disana sunyi sepi. Tak ada seorang pun disana. Mereka hanya mendengar burung-burung berkicau, suara ombak, dan desir angin pantai. Setelah bejalan cukup lama mereka hanya melihat padang rumput yang sangat luas dan sebuah bata pohon besar.

Di bawah pohon tersebut mereka berdua beritirahat. Ternyata disalah satu dahan pohon itu ada sarang lebah yang banyak madunya. Dengan berani Raden Segara mendekati sarang lebah itu dan mengusir semua lebah penghuni sarang. Setelah lebah-lebah itu terbang jauh, mereka berdua bisa menikmati manisnya madu tersebut. Begitulah Putri Tanjung Sekar dan Raden Segara mencari madu setiap harinya

Setelah dewasa dan akhirnya sampai tua mereka tetap tinggal di pulau itu. Dengan adanya madu yang didapat di ara-ara ( bahasa Jawa ara-ara artinya ladang ), maka pulau itu mereka beri nama Pulau Madura. Raden segara atas nasihat Ki Poleng yang sudah bertemu dengan mereka akhirnya menjadi raja disitu. Begitulah asal usul pulau madura


EmoticonEmoticon