Sunday, April 19, 2015

Asal-Usul Banyuwangi Part 2

Pagi itu hari sangat cerah. Ni Kembang Arun melakukan tugas sehari-hari seperti biasa dan tidak mengenal lelah. Sorenya Ni Kembang Arun merasakan nyeri pada perutnya. Kemudia ia memanggil Bibi Emban.

anak Ni Kembang Arun
Bayi Lucu
Beberapa menit kemudian Bibi Emban masuk ke kamar Ni Kembang Arun. Bibi Emban langsung memeriksa perut Ni Kembang Arun. Mungkin ini tanda-tanda melahirkan sudah dekat. Cepat-cepat Bibi Emban memanggil dukun beranak yang tidak jauh dari rumahnya.

Dukun beranak itu kemudian datang dan membantu persalinan Ni Kembang Arun. Beberapa saat kemudian seorang bayi laki-laki mugil. Alangkah bahagianya hati Ni Kembang Arun karena anaknya lahir dengan selamat dan ternyata berjenis kelamin laki-laki. Ia berharap besok dapat meneruskan cita-cita ayahnya.

Berita kelahiran anak Ni Kembang Arun sampai juga ke telinga Pandanwungu. Ibu Sidapaksa sangat senang. Senang bukan karena cucnya sudah lahir, tetapi senang karena rencana jahatnya untuk mencelakakan Ni Kembang Arun sudah tiba waktunya. Keesokan harinya, Pandanwungu sengaja menjenguk menantunya yang baru saja melahirkan.

“selamat ya... Aku sudah lama menantikan kehadiran cucuku ini. Aku sangat senang dan bahagia hari ini”, Kata Pandanwungu.

“terimakasih ibu. Semoga anak ini dapat menjadi harapan dan kebanggaan ayahnya”, jawab Ni Kembang Arun.

“Harapanku juga”’,sahut Pandanwungu

Seminggu sudah berlalu, Ni Kembang Arun Sedikit demi Sedikit pulih kembali kesehatannya setelah melahirkan. Ia sudah bisa pergi sendiri, mandi dan mencuci. Sementara itu, Pandanwungu sering menjenguk kerumahnya.

“Aku akan sering kemari dan akan kubawakan oleh-oleh sampai kesehatannmu sampai benar-benar pulih. Dan aku akan membantu mengurus anakmu”, kata Pandanwungu.

Ni kembang Arun menjadi semakin percaya dan tak pernah menaruh prasangka buruk lagi pada mertuanya. Ia berpikir bahwa mertuanya telah berubah dan mulai sayang kepadanya setelah kelahiran cucunya.

Suatu hari seperti biasanya Pandanwungu menjenguk cucunya. Ia akan melaksanakan rencana jahatnya menculik dan membunuh cucunya sendiri. Kebetulan saat sampai disana Ni Kembang Arun akan berangkat mandi.

“Sudah berangkat mandi sana, ibu akan menjaganya, tapi ibu tidak akan lama-lama disini!” Kata Pandanwungu.

“Terimakasih, Bu”, jawab Ni kembang Arun.

Pandanwungu tidak kehabisan akal, ia menyuruh Bibi Emban untuk pergi. Setelah sepi diraihlah bayiyang tak berdosa itu dan dibanyapergi menuju hutan. Tepat di pinggir sungai di tepi hutan itulah Pandanwungu menikam cucunya sendiri dengan pisau dan kemudian membuang cucunya ke sungai yang keruh dan berbau busuk itu.

Alangkah terkejutnya Ni Kembang Arun, Karena setelah sampai di rumah ia tidak menemukan anaknya. Anakku telah hilang, pikirnya. Kemudian, ia menanyakan kepada Bibi Emban, tetapi Bibi Emban tidak tahu karena dia disuruh pergi oleh mertuanya. Ni Kembang Arun mulai curiga, bahwa yang mengambil anaknya adalah Pandanwungu, mertuanya. Namun tidak punya cukup bukti.

Setelah kehilangan anaknya, Ni Kembang Arun mulai sakit-sakitan dan pikirannya mulai terganggu. Ia mulai lupa makan dan minum. Bagaimana kalau suaminya pulang dan menanyakan anaknya?


EmoticonEmoticon