Tuesday, April 21, 2015

Damarwulan Part 2

Damarwulan menjadi raja majapait
Damarwulan
Setelah mendengar sayembara itu, ia hanya diam terpaku. Hati dan pikirannya kacau karena ia telah menjadi tunangan Dewi Anjasmara, adik Layang Seto dan Layang Kumitir.

Adu tanding dengan Layang Seto dan Layang Kumitir atau bertanding dengan ksatria muda yang tangguh lainnya di keraton Majapahit ia pasti kalah. Apalagi bertanding dengan Menak Jingga yang sakti mandraguna dengan gada sakti besi kuningnya yang ditakuti lawannya. Ia sadar bahwa ia tidak ada apa-apanya dan ia tidak pantas mengikuti sayembara.

“Kakang Damarwulan, pergilah mengikuti sayembara, jangan pedulikan aku. Urusan negara lebih penting dari segalanya. Sang Prabu sangat baik dan berjasa bagi keluarga kita, ini kesempatan yang baik untuk membalas jasa dan budi baik sang Prabu selama ini,”kata Dewi Anjasmara.

Dengan ucapan Dewi Anjasmara yang memberi semangat dan dorongan moral dengan tidak disertai cemburu, akhirnya Damarwulan mau mengikuti sayembara tersebut dan bertekad akan menghadapi Menak Jingga.

Pagi itu, Layang Seto dan Layang Kumitir pergi ke alun-alun untuk mengikuti adu tanding lawan ksatria-ksatria kertaon. Mereka begitu yakin akan memenangkan pertarungan dan mewakili Majapahit bertarung melawan Raja Blambangan.

Berbeda dengan Damarwulan. Dia adalah seorang yang cerdas dan pemikirannya begitu cemerlang. Ia berpikir dahulu sebelum melangkah. Ia mempunyai rencana untuk mempertaruhkan nyawanya demi kejayaan Majapahit bukan dengan adu tanding. Ia akan mencuri gada sakti Minak Jingga yang ampuh dengan menyelinap ke dalam keraton Blambangan.

“Tanpa gada sakti besi kuning yang ditakuti ini, raja Blambangan kurang digdaya dan aku bisa mengalahkannya,” pikir Damarwulan.

Malam itu Damarwulan mulai menyelinap ke dalam keraton Blambangan. Suasana keraton Blambangan sangat nyaman dan tenang sehingga memudahkan ia masuk dalam ruangan keraton.

Dengan menyamar sebagai abdi dalem, akhirnya Damarwulan dapat menemukan tempat peraduan utama Prabu Menak Jingga. Ia mempunyai tugas menyediakan arak kegemaran Menak Jingga yang selalu diminum sebelum tidur.

Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Damarwulan. Namun ketika mau memasuki kamar Menak Jingga, ia bertemu dengan Wahita dan Puyengan, selir Menak Jingga. Wahita dengan paras yang memikat mendekati dan mulai merayu Damarwulan.

“kemari, Baginda sudah menunggu araknya!” perintah Wahita.

Tak ketinggalan Puyengan yang ayu, dia juga ikut menggoda Damarwulan dengan kelingan matanya.

Damarwulan adalah pemuda yang gagah berparas tampan. Semua wanita akan terpikat denganketampanannya. Rayuan maupun godaan Wahita dan Puyengan tidak menyurutkan niat Damarwulan untuk mengambil gada sakti milik Menak Jingga.

Sebentar kemudian Wahita dan Puyengan keluar dari kamar Menak Jingga dan bersungut-sungut karena dipikiran Menak Jingga hanyalah Prabu Kenya Kencana Wungu yang akan dipinangnya besok. Mereka berdua marah dan mempunyai niat membunuh Menak Jingga.

Kemudian, mereka mengahasut Damarwulan untuk membunuh raja Blambangan itu, setelah memergoki Damarwulan ingin mencuri gada sakti. Mereka juga menceritakan kelemahan Menak Jingga.

“Menak Jingga ada kelemahan di pangkal paha sebelah kiri. Jika engkau memukulkan gada sakti itu tepat di paha tersebut, Menak Jingga akan mati,”kata mereka.

Malam itu juga Damarwulan lagsung mengambil gada sakti dan menuju ke kamar Menak Jingga dengan diikuti oleh Wahita dan Puyengan. Damarwulan langsung menyerang Menak Jingga yang sedang tidur pulas dengan memukulkan gada sakti tepat di pangkal paha sebelah kiri. Menak Jingga menjerit kesaktian dan dengan tenaga yang masih tersisa Menak Jingga masih sempat bertarung dengan Damarwulan sekaligus membunuh dua selirnya dan dia sendiri akhirnya mati.

Selanjutnya Damarwulan memenggal kepala Menak Jingga untuk dipersembahkan kepada Prabu Kenya Kencana Wungu. Ia juga mengambil mahkota raja Blambangan serta gada sakti besi kuning. Kemudian membawanya pergi.

Dalam perjalanan ke Majapahit, Damarwulan dihadang oleh Layang Seto dan Layang Kumitir yang mengetahui bahwa Damarwulan pergi ke Blambangan untuk mengambil gada sakti dari Dewi Anjasmara kekasih Damarwulan.

Karena kepandaian silat Damarwulan tidak sebanding dengan keduanya, maka Damarwulan dapat dikalahkan dengan mudah. Damarwulan kemudian diikat. Penggalan kepala Menak Jingga langsung dibawa lari menuju Keraton Majapahit untuk dipersembahkan kepada Prabu Kenya Kencana Wungu.

Sesampainya di keraton, Layang Seto dan Layang Kumitir menyerahkan kepala Menak Jingga sebagai bukti bahwa ia telah mengalahkan Menak Jingga. Prabu Kenya Kencana Wungu sangat senang mendengarnya dan bahagia setelah melihat kepala Menak Jingga dengan mata kepala sendiri. Kemudian bersabda menepati janji kepada Layang Seto dan Layang Kumitir.

Tak lama kemudian datanglah Damarwulan dan Dewi Anjasmara. Ternyata Damarwulan ditolong oleh Dewi Anjasmara dan bergegas menuju Keraton Majapahit. Prabu Kenya Kencana Wungu bingung karena melihat Damarwulan dengan memakai mahkota Menak Jingga dan membawa gada sakti besi kuning Blambangan.

Setelah Dewi Anjasmara menyampaikan yang terjadi sebenarnya, bahwa Damarwulanlah yang telah mengalahkan Menak Jingga bukan Layang Seto dan Layang Kumitir. Mereka berdua hanya menghadang Damarwulan diperbatasan dan merampas penggalan kepala Menak Jingga. Namun Layang Seto dan Layang Kumitir tidak menerima pengaduan itu.

Prabu Kenya Kencana Wungu adalah raja yang bijaksana, ia tidak begitu saja percaya keduanya. Ia memerintahkan supaya diadakan perang tanding antara Damarwulan melawan Layang Seto dan Layang Kumitir.

Keesokan harinya perang tanding dilaksanakan. Sungguh perang tanding yang sangat hebat dan seru karena Damarwulan menggunakan gada sakti besi kuning untuk melawan Layang Seto dan Layang Kumitir yang sama-sama saktinya.

Akhirnya perang tanding dimenangkan oleh Damarwulan, sedangkan Layang Seto dan Layang Kumitir terkapar di tanah. Maka jelaslah pemenang pertarungan adalah Damarwulan.

Patih Logender tidak terima kedua anaknya kalah. Ia kemudian turun ke arena pertandingan. Namun dari arah yang lain muncul sosok tubuh yang kekar menghadang Ptih Logender.

Dia adalah Menak Sembuyu adik Menak Jingga. Dia memohon izin kepada Prabu Kenya Kencana Wungu untuk mengambil kepala Menak Jingga dan membawa pulang ke Blambangan untuk di kebumikan sebagai penghormatan terkahir.

Permohonan itu dikabulkan oleh Parbu Kenya Kencana Wungu dan penggalan kepala menak Jingga diserahkan kepada Menak Sembuyu disaksikan rakyat Majapahit.

Menak Sembuyu juga menjelaskan bahwa yang membunuh kakaknya adalah Damarwulan dengan menggunakan gada sakti besi kuning yang telah dicurinya terlebih dahulu.

Setelah mendengar penjelasan tersebut, Prabu Kenya Kencana Wungu menegaskan kembali janjinya untuk segera mengangkat Damarwulan sebagai raja Majapahit yang baru.

Mulai saat itu, secara resmi Damarwulan menjadi suami Prabu Kenya Kencana Wungu. Damarwulan menjadi raja Kerajaan Majapahit dengan gelar Prabu Sri Kertawijaya atau Bhre Wijaya I. Sementara itu, Dewi Anjasmara diangkat sebagai Selir Damarwulan. Begitu juga dengan Layang Seto dan Layang Kumitir, mereka diangkat sebagai panglima perang Kerajaan Majapahit.

Raja muda Damarwulan dalam memerintah Majapahit sangat bijaksana, sehingga dapat mengantarkan Majapahit menuju jaman keemasan.


EmoticonEmoticon