Saturday, April 18, 2015

Asal-Usul Banyuwangi Part 1

cerita legenda Asal-Usul Banyuwangi
Asal-Usul Banyuwangi
Di jawa Timur terdapatlah kerajaan yang bernama Karang Sewu.Raja yang memegang pemerintahan bernama Prabu Sindureja. Beliau raja yang sangat bijaksana dan adil, sehingga rakyatnya selalu menjunjung tinggi apa yang dikatakannya

Kerajaan ini sangat kaya raya, terbukti dengan adanya istana yang indah dan megah. Rakyatnya pun hidup dengan damai dan sejahtera karena kerajaan ini sangat subur dan makmur.

Siang itu, di dalam istana tamplah Prabu Sindureja sedang bercakap-cakapbersama permaisurinya, Kencanawati, mereka sedang membicarakan Patih Sidapaksa, Patih Sidapaksa adalah seorang patih yang setia dan gagah perkasa.

Memang dalam menjalankan pemerintahannya, Prabu Sindureja banyak dibantu oleh Prabu sidapaksa. Dia selalu dapat menjalankan tugas yang diberikan kepadanya dengan baik walaupun tugas itu sangat berat

“Dinda, hari ini aku baru saja memberikan waktu istirahat kepada Patih Sidapaksa selama 2 minggu, dia baru saja melaksanakan tugasnya dengan baik. Ia membutuhkan waktu istirahat yang lama”, kata Prabu Sindureja.

“saya tahu Baginda adalah Raja yang bijaksana, apapun yang menjadi kebijakan Baginda pasti baik buat Patih Sidapaksa”,jawab Kencanawakti.

Lagi asyik berbincang-bincang, datanglah Bibi Pandanwungu . Ia dalah ibu dari Patih Sidapaksa. Ada apa gerangan Bibi Pandanwungu datang ke istana, apa yang terjadi dengan Patih Sidakpaksa, Putramu?

Setelah menghaturkan sembah, Bibi Pandanwungu menjelaskan maksud kedatangannya dan juga mengabarkan bahwa Patih Sidapaksa dalam keadaan sehat.

“Maksud kedatangan saya ingin membicarakan kembang Kandaga Sangga Buana. Kembang yang dapat meremajakan kecantikan abadi bagi yang memakainya. Kembang ituhanya ada dipubncak Gunung Ijen, dan dijaga oleh binatang buas”, Kata Bibi Pandang Wungu.

“tapi siapa yang mau menempuh perjalanan berbahaya untuk mendapatkan bunga itu” tanya Dinda Kencanawati.

“ Biar anak saya, Patih Sidapaksa yang akan melaksanakan tugas ini, dia pasti mau menjalankan tugas ini walaupun masih istirahat”, Ujar Bibi Pandanwungu

Stelah berpikir, raja menugaskan Ptih Sidapaksa untuk mengambil bunga itu. Dan Bibi pandanwungu untuk menyampaikan tugas ini kepada anaknya.

Setelah sampai dirumah, Bibi Pandanwungu menyampaikan tugas ini kepada anaknya yang sedang beristirahat. Dia membujuk agar Patih Sidapaksa mau menerima dan berangkat ke Gunung Ijen walaupun masih membutuhkan waktu untuk beristirahat.

Akhirnya, Demi kesetiaan kepada Raja Parbu Sidureja, Patih Sidapaksa berangkat ke istana. Sebelum ia berangkat,Patih Sidapaksa berpamitan pada istrinya, Ni Kembang Arun yang sedang mengandung dan akan segera melahirkan putra pertamany. Ia juga pamit pada ibunya serta berpesan untuk menjaga dan merawat istrinya selama dia tidak ada dirumah. Kemudian, Patih Sidapaksa berangkat Ke Istana.

“Sudah siapkah engkau menerima perintahku, wahai Patih Sidapaksa”Tanya Prabu Sindureja.

“Daulat, Baginda. Saya sudah siap untuk menjalankan tugas yang akan disampaikan Baginda”,Kata Patih Sidapaksa.

“Patih, Engkau akan Kutugaskan untuk pergi ke puncak Gunung Ijen. Carilah bunga yang benama Kembang Kandaga Sangga Buana. Petiklah dan persemabhkan untuk permaisuriku Kencanawati”, perintah Prabu Sindureja.

Setelah dijelaskan tugasnya dan mendapatkan restu dari Prabu Sindureja, Patih Sidapaksa Berangkat ke puncak Gunung Ijen yang terkenal sangat berbaya dengan menunggangi kuda kesayangannya.

Patih Sidapaksa memacu kudanya begitu cepatnya,sehingga tak berapa lama ia sudah sampai di pinggir hutan yang banyak Ditumbuhi pohon besar dan semak belukar.

Setelah memasuki dan melewati hutan itu, sampailah Pati Sidapaksa di lereng Gunung Ijen. Sambil beristrirahat, ia melamunkan istrinya yang akan melahirkan. Alangkah bahagianya jika anak pertamnya sudah lahir kedunia. Ia terus mengucapkan doa-doa untu kesehatan istri dan anaknya.

Saat melantunkan doanya, tioba-tiba ia teringat peristiwa itu, ibunyatidak setuju anaknya mendapatkan istri Ni Kembang Arun. Patih Sidapaksa pun berharap ibunya sudah tidak membenci istrinya lagi.

Apa yang dibayangkan oleh Patih Sidapaksa ternyata salah. Ternyata perilaku ibunya terhadap istrinya tidak berubah. Dia mulai menunjukan rasa tidak suka dan menunjukan benih-benih kebencian terhadapat Ni Kembang Arun mulai tumbuh.

Pada suatu hari ibu Patih Sidapaksa berkunjung kerumah Ni Kembang Arun, Saat itu Ni kembang Arun sedang membuat pakaian anaknya yang akan dilahirkan kelak. Ibu Patih Sidapaksa langsung marah-marah dan mengucapkan kata-kata penghinaan.

“Kembang Arun, dasar wanita tolol, goblok, engkau tahukah suamimu sedang pergi ke puncak Gunung Ijen, mengapa kamu duduk-duduk saja dirumah. Seharusnya kamu pergi keistana untuk mendapatkan perhatian raja dan ratudan pergaulan kerabat kerajaan tetap terjaga. Dasar gadis kampung tak tahu adat. Engkau sebenarnya tak pantas menjadi istri pejabat kerajaan”, Bentak Pandanwungu.

“Ibu, Saya memang gadis dusun dan kuran pengetahuan, tetapi saya diajarkan orang tua saya, bahwa wanita tidak boleh ikut campur dengan urusan suminya, kecuali kalau diminta. Namun, kalau raja dan ratu memerlukan saya agar datang keistana, tentu saja saya akan memenuhinya”, jawab Ni Kembang Arun.Mendengar jawaban Ni Kembang Arun begitu, Pandanwungu langsung pergi begitu saja.

“Percuma bicara dengan wanita bodoh. Wanita seperti akan segera ku lenyapkan. Tinggal tunggu waktu saja”, Katanya dalam hati.

Waktu terus berlalu. Patih Sidapaksa belum terdengar kabarnya. Dengan setia Ni Kemabng Arun menunggu dan mendoakan suaminya agar cepat pulang.


EmoticonEmoticon