Tuesday, April 21, 2015

Joko Dolog

cerita kisah joko dolog
Patung Joko Dolog

Kadipaten Surabaya terletak di bagian timur Pulau Jawa. Adipatinya bernama Jayengrana mempunyai seorang putri yang cantik sekali yang bernama Dewi Purbasari. Kecantikannya sudah terkenal di seluruh negeri.

Suatu hari Adipati Jayengrana kedatang tamu dari madura yang bernama Pangeran Situbondo. Dia didamping oleh dua orang pengawal yang bernama Gajah Seta dan Gajah Menggala. Pangeran Situbondo adalah putra Adipati Cakraningrat, seorang bupati di Madura.

“Ada maksud apa kiranya Pangeran berkunjung ke Kadipaten Surabaya”, tanya Jayangrana.

“Maksud kedatangan saya untuk meminang putri Paman Jayengrana yaitu Putri Dewi Purbawati”, jawab Pangeran Situbondo.

Mendengar penjelasan dari Pangeran Situbondo, Adipati Jayengrana tidak dapat mengabil keputusan sendiri. Dia tidak bisa begitu saja menerima pinangan itu.

“Pangeran, biarlah saya berembuk dulu dengan Dewi Purbasari”,pinta Jayengrana.

“Saya tunggu keputusan Dewi Purbasari,paman”, jawab Pangeran Situbondo.

Adipati Jayengrana kemudian menemui putrinya dan menyampaikan maksud kedatangan Pangeran Situbondo.

Sebenarnya Dewi Purbasari tidak menyukai Pangeran Situbondo karena mempunyai watak brangasan. Cara bicaranya pun tidak sopan. Apalagi dia juga mempunyai cacat kaki sehingga jalannya pincang.

Adipati Jayengrana menjadi bingung. Ia mencari cara untuk menolak pinangan Pangeran Situbondo dengan cara halus agar Pangeran Situbondo dan Adipati Cakradiningrat tidak tersinggung. Kemudian, Adipati Jayengrana berkata kepada putrinya.

“Putriku, terimalah pinangannya, tetapi dengan mengajukan sebuah syarat. Katakanlah kepadanya bahwa kamu mau dipinang asalkan Pangeran Situbondo mau membuka hutan dia daerah barat Surabaya untuk dijadikan pemukiman”,kata Adipati Jayengrana.

“Bagaimana kalau Pangeran Situbondo mampu membuka hutan itu, Ayahanda,” jawab Dewi Purbasari.

“Putriku, hutan itu sangat lebat, pohonya besar-besar dan banyak binatang buasnya. Tidak mungkin Pangeran Situbondo mampu membuka hutan itu,” jawab Adipati Jayengrana.

Mereka berdua kemudian menemui Pangeran Situbondo yang sedang menunggu di ruang pendopo.

“Pangeran Situbondo, aku akan menerima pinanganmu, tetapi aku mengajukan satu syarat. Apabila Pangeran mampu membuka hutan di sebelah barat Kadipaten Surabaya menjadi sebuah pemukiman, aku bersedia menjadi isatri Pangeran Situbondo,”pinta Dewi Purbasari.

Setelah mendengar permintaan dari Dewi Purbasari, Pangeran Situbondo menyanggupi permintaan tersebut. Dia tertawa senang karena Dewi Purbasari yang diidam-idamkan itu mau menjadi istrinya, walaupun dengan syarat yang sangat berat.

“Baik Dewi Purbasari, aku menyanggupi syaratmu itu walaupun itu sangat berat bagiku. Aku akan membuka hutan di sebelah barat Kadipaten Surabaya untukmu,”jawab Pangeran Situbondo.

Kemudian, Pangeran Situbondo menyuruh pengawalnya pulang untuk mengabarkan kepada ayahnya. Sementara ia sendiri langsung menuju hutan Surabaya untuk memulai membabat hutan.

Selang beberapa hari kemudian, Adipati kedatangan tamu yang bernama Jaka Taruno, putra Bupati Kediri. Jaka Taruno adalah kekasih Dewi Purbasari.

Kemudian, Dewi Purbasari menceritakan kedatangan Pangeran Situbondo dari Madura itu yang hendak meminangnya. Dan menceritan juga syarat yang diberikan kepada pangeran tersebut.

“Jangan begitu, Purbasari. Jika Pangeran Situbondo mampu membuka hutan, lalu aku bagaimana?” kata Jaka Taruno.

“Sabarlah, Kangmas. Jangan khawatir aku masih tetap mencintaimu. Kalau Kangmas khawatir, bagaimana kalau Kangmas menyusul Pangeran Situbondo ke hutan dan menggagalkan Pangeran Situbondo membuka hutan,” rayu Dewi Purbasari

Jaka Taruno langsung berangkat menuju hutan menyusul Pangeran Situbondo. Dilihatnya ia masih asyik mengayunkan kapanya untuk menebang pohon

“Kisanak apa yang kau lakukan di hutan ini?” tanya Jaka Taruno.

“Aku ingin membuka hutan ini dan akan ku jadikan sebuah pemukiman,” jawab Pangeran Situbondo.

“Kuperingatkan, jangan merusak hutan di barat Kadipaten Surabaya ini. Hentikan pekerjaanmu! Atau aku yang akan menghentikannya!” bentak Jaka Taruno tiba-tiba.

Kemudian, terjadilah perang mulut antara kedua pemuda tersebut, sehingga terjadi perkelahian yang seru. Dalam perkelahian itu, Jaka Taruno berhasil dilemparkan oleh Pangerang Situbondo hingga tersangkut di atas pohon siwalan.

Jaka Taruno meminta tolong agar diturunkan dari pohon itu, tetapi ditinggalkan saja oleh Pangeran Situbondo. Jaka Taruno terus saja menjerit, meminta tolong.

Tak lama kemudian, lewatlah seorang pemuda yang bernama Jaka Jumput. Pemuda itu setiapa hari masuk hutan untuk mencari dedaunan, kulit pohon dan akar-akaran untuk dijadikan jamu.

Jaka Jumput tinggal di desa yang bernama Praban Kinco. Dia mempunyai senjata pusaka yang bernama Cemeti Lanang yang selalu dibawanya pergi kemana saja.

Mendengar ada suara minta tolong lalu Jaka Jumput berlari ke arah sumber suara itu. Ternyata ada seorang pemuda di atas pohon yang ketakutan tidak bisa turun. Kemudian, Jaka Jumput memanjat pohon dan menurunkannya.

“Mengapa engkau sampai berada di atas pohon itu?” tanya Jaka Jumput.

“Aku baru saja berkelahi dengan seseorang. Namanya Pangeran Situbondo. Dia sedang merusak hutan, semua pohon ditebanginya, aku sudah melarangnya, tapi aku malah dipukuli dan dilemparnya ke atas pohon siwalan itu. Apakah kamu rela hutan ini jadi rusak?” jawab Jaka Taruno sambil menghasut.

“Aku tidak rela hutan ini rusak! Kalau hutan ini rusak aku kesulitan menacri bahan untuk membuat jamu. Ayo tunjukan dimana pemuda itu!” pinta Jaka Jumput.

Kemudian, mereka berdua mencari Pangeran Situbondo. Dengan wajah yang bersungut-sungut akhirnya mereka melihat Pangeran Situbondosedang istirahat karena kelelahan menebang pohon.

Langsung saja Jaka Jumput menyerang Pangeran Situbondo yang baru saja tiduran. Dihajarnya Pangeran Situbondo dengan menggunakan pusaka Cemiti Lanang. Pertarungan berjalan seru karena kedua sama-sama sakti. Akhirnya, Jaka Jumput berhasil mengalahkan dan membunuh Pangeran Situbondo.

Sesaat kemudian Jaka Taruno sudah berada di dekat Jaka Jumput. Disuruhnya Jaka Jumput mengambil ikat kepala Pangeran Situbondo. Kemudian, ikat kepala itu diserahkan kepada Jaka Taruno.

Jaka Taruno memang licik. Setelah diterimanya ikat kepala itu, dia langsung lari meninggalkan Jaka Jumput sendirian. Jaka Jumput merasa ditipu, lalu mengejar Jaka Taruno ke Kadipaten Surabaya.

Tak lama kemudian sampailah Jaka Taruno di Kadipaten Surabaya. Jaka Taruno mengahturkan sembah dan kemudian menceritakan bahwa Pangeran Situbondo telah dibunuhnya. Lalu ia mengeluarkan sebuah ikat kepala dan menyerahkannya kepada Adipati Jayengrana.

Setelah melihat dan menerimanya, Jayengrana merasa lega karena ikat kepala tersebut memang benar-benar milik Pangeran Situbndo. Dewi Purbasari pun merasa senang karena ia tidak jadi menikah dengan Pangeran Situbondo.

Baru saja dikejutkan dengan kedangan Jaka Taruno, tiba-tiba munculah Jaka Jumput. Setelah menghaturkan sembah , Jaka Jumput langsung menerangkan kejadian yang sebenarnya.

“Adipati, sayalah yang membunuh Pangeran Situbondo. Saya juga yang telah menolong Jaka Taruno dari atas pohon siwalan karena dilempar oleh Pangeran Situbondo” jelas Jaka Jumput.

Setelah mendengar penjelasan itu, Jaka Taruno hanya terdiam tidak bisa berkata apa-apa. Adipati Jayengrana langsung menanyai Jaka Taruno, apakah benar yang dikatakan pemuda itu. Jaka Taruno hanya menduduk tidak mau menjawab.

Berkali-kali Adipati Jayengrana mengulangi pertanyaannya, tapi Jaka Taruno tidak pernah menjawabnya. Karena jengkel sekali, Adipati Jayengrana marah dan mengumpat Jaka Taruno.

“Jaka Taruno, jawab pertanyaanku. Kenapa kamu diam saja. Kamu itu seperti patung,” geram Adipati Jayengrana.

Saat itu juga Jaka Taruno berubah menjadi sebuah patung yang sekarang bernama Patung Joko Dolog. Demikianlah asal-usul Patung Joko Dolog.


EmoticonEmoticon